Apa Kabar Startup Indonesia 2015?
Web commerce –web commerce Indonesia di 5 tahun terakhir bermunculan bak jamur di musimhujan. Baik web commerce B2B maupun B2C. Namun puncak – puncaknya kemunculanweb commerce terjadi di 3 tahun terakhir, dimana banyak berdiri startup –startup yang ingin mencicipi manis nya pasar e-commerce Indonesia.
Jika kitaberbicara e-commerce berdasarkan jenis target pembeli nya, maka ecommerce ada 4jenis, yaitu :
· B2B ( Business To Business )
Contoh Websiteyang murni B2B di Indonesia adalahhttp://www.indonetwork.net/,sedangkan website yang perpaduan antara B2B dan B2C adalah http://bhineka.com .website B2B di tujukan untukpembeli dari kalangan industri dan bisnis
· B2C
Website B2Cadalah website e-commerce dengan populasi terbesar dan dengan variasi targetpasar yang beraneka ragam. Dan di Indonesia 3 website teratas ( Dari sisirangking Alexa ) dari masing – masing kategori produk yang di jual adalah :
KategoriFashion
1. Zalora.co.id
3. Pinkemma
Kategori eMall
1. Zalora.co.id
2. Blibli.com
Di 2 hingga 5 tahun pertama darimembangun ecommerce, memang adalah periode investasi atau “membakar uang”, dimanauang yang di keluarkan untuk operasional, seringkali masih lebih besar daripada pendapatan perusahaan. Dari data diatas, bisa kita lihat bahwa mayoritas pengakses situs – situs ecommerce diindonesia, mengakses melalui koneksi internet di kampus atau sekolah.Pertanyaannya adalah :
1. Berapakahuang yang harus di investasikan, agar web ecommrce bisa mendapatkan revenuestream yang positif?
2. Berapakahwaktu yang di butuhkan untuk ROI ( Return of Investment )
3. Adakahstrategy yang “Low cost high impact” yang bisa dilakukan, untuk menekanoperasional cost atau investment?
Seperti yang sudah saya katakansebelumnya, yaitu 7 aspek faktor penentu ecommerce, yaitu :
1. Kesiapanpasar
2. Dayabeli pasar
3. Infrastruktur– infrastruktur penunjang keberhasilan
4. Hargaperangkat komputer/Laptop
5. Karakteristiktarget pasar
6. Regulasi– regulasi pemerintah
7. Teknologipendukung pengembangan website
Mari kita bahas lebih mendalam ketujuh aspek di atas.
1 &2 Kesiapan pasar & daya beli pasar
Dari sisi kesiapanpasar dan daya beli, saat ini untuk ecommerce, pasar Indonesia memang sudahsiap. Faktor pendorong utama pertumbuhanecommerce Indonesia adalah pertumbuhan middle class indonesia.
Dan dari data yang lain,kita bisa lihat sebagai berikut :
Dan seperti apakahsegmentasi dari kelas menengah di Indonesia, data dari markplus menunjukan halberikut ini :
Jika kita lihat data diatas,cukup jelas bukan, kenapa mayoritas website – website ecommerce Indonesiamenjual produk – produk fashion & branded?
Target utama dari web commerceIndonesia adalah :
· The Image Boaster
· The Social Climber
Dengan dengan pendapatan bulanandi mulai dari Rp 4 juta/bulan dan dengan pendapatan rata-rata Rp 4,3juta/bulan.
3 & 4 Infrastrukturpendukung & perangkat akses ke ecommerce
Saat ini penetrasi akses internetdi Indonesia sudah di atas 50 juta pengguna. Dilihat dari sisi ifrastruktur epayment pun sudah jauh berkembang, jika kita bandingkan dengan kondisiecommerce Indonesia di awal tahun 2000. Infrastruktur pendukung keberhasilanecommerce adalah :
1. Penetrasikartu kredit
2. EPayment Support system ( Ipaymu, kaspay, paypal )
3. Armadadelivery services
4. Internetberkecepatan tinggi
Dan ke empat hal diatas di dukungpula oleh semakin murah nya harga smartphone. Saat ini, dengan harga di bawahRp 2 juta, kita sudah bisa mendapatkan smartphone dengan spesifikasi yangbagus.
Keberadaaan smartphone murahadalah penting, karena data dari APJII ( Asosiasi Penyelengara Jasa InternetIndonesia ), menunjukan 65% pengakses internet Indonesia dilakukan melaluismartphone.
Semakin murah smartphone, berartisemakin mudah pengguna internet Indonesia dalam mengakses internet.
5. KarateristikTarget Pasar
Mengenai karakteristik targetpasar, sudah saya singgung sedikit di data mengenai segmentasi karakter berdasarkan data dari Markplus.Membidik niche market adalah strategy paling rasional bagi penyedia ataupemilik ecommrce Indonesia, karena sangat sulit untuk menjadi solusi bagi semuasegment. Dan niche market tersebut, bisa di bagi menjadi tiga bagian utama,yaitu :
· The Image boaster
· The social climber
· The rasional
Karakteristik The image boaster& The social climber adalah kelas menengah yang mengejar gengsi, bergayahidup hedonistik. Mereka dengan suka rela mengeluarkan uang yang lebih besardari pendapatan bulanan mereka agar tampak dari kalangan atas dan jetset. Danmenurut deputy managing director Kadence International Indonesia, Rajiv lamba,mereka ini adalah tipe “Broke”. The image boaster dan the social climber adalahtarget utama e commerce Indonesia, yang selalu menginginkan desain pakaianterbaru, tipe ponsel terbaru. Lalu, apakah niche market untuk “The rasional”ada? Tentu saja masih ada, namun mereka tidak akan mengeluarkan uang untukbelanja sebesar dua tipe sebelumnya, walaupun, bisa saja “The rasional”memiliki pendapatan lebih tinggi.
6. Regulasi– regulasi pemerintah
Saat ini RUU tentang transaksionline dan ecommerce masih dalam pembahasan. Dan jika RUU ini sudah diberlakukan, bisa memiliki 2 implikasi, baik positif, maupun negatif. Saya belumakan membahas detail mengenai RUU transaksi elektronik di tulisan saat ini,sampai RUU tersebut di berlakukan.
7. Teknologi pendukung pengembangan website
Apakah UX ( User Experience )dalam pengguna website adalah penting?. Jika kita membandingkan website –website generasi tahun 2000 dan dengan website generasi saat ini, maka bisakita lhat dan rasakan, menggunakan website di saat ini, menjadi jauh lebihnyaman dan mudah. Teknologi pengembangan website di tahun 2000 masih berupahtml, php dan mysql yang menjadikan tampilan web kurang menarik dan statis.Saat ini sudah ada Html5, flash, Java Script dan tool lain nya yang menjadikan website– website saat ini lebih interaktif dan menarik.
Dan teknologi lain nya, tentusaja keberadaan sistem operasi mobile seperti Android, iOS, WP8 dan lain lain,yang mampu memberikan aplikasi – aplikasi yang lebih interaktif untuk mendukungkeberadaan website ecommerce.
The Startup Bubbles Burst
Perusahaan – perusahaan startup berbasis IT di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak akhir tahun 1990an,dimana banyak bermunculan website – website sepertiastaga.com, kaskus.com, bhineka.com dan banyak website – website lain nya yang mayoritas adalah website– website dengan konten vulgar atau cabul. Bahkan dari awal tahun 2000an hingga tahun 2005, kaskus masih dikenal dan di kunjungi karena konten – konten IGO, BB17 dan BB 21 nya, baru setelah pemerintah membuat peraturan sangsi dan memblokir bagi konten – konten porno,website – website “legendaris” di tahun200an awal, menjadi tutup atau berguguran.
Selain berbasis web, startup –startup di tahun 2009 kebawah juga ada yang berupa software house, aplikasi mobile dan content provider denganmodel bisnis SMS Premium. Salah satu startup yang menurut saya terlalu cepat dari jaman nya adalah startup yang bernama “PT Inspira Teknologi Indonesia” tempatpenulis artikel ini pernah bekerja, dengan produk Jogja Mobile City yang(mungkin ) aplikasi berbasis LBS ( Location Based Services ) pertama diIndonesia, yaitu tahun 2006 akhir.
Banyak pelajaran bisnis membuktikan, teknologi atau produk yang terlalu cepat hadir di market tanpa didukung oleh kesiapan market dan penetrasi smartphone di masyarakat akan memiliki peluang gagal yang besar, bukan karena produk tersebut jelek, akan tetapi karena penetrasi smartphone masih sangat terbatas di masyarakat.
Tahun berganti tahun, dan trendpun berubah. Di tahun 2009 – 2011 adalah puncak dari bermunculan nya startup –startup dengan produk daily discount. Saat itu ada puluhan startup yang masukke market Indonesia dengan produk daily discount. Trend ini adalah sebagai akibat dari fenomenal nya Groupon di US, dan seleksi alam pun terjadi. Puluhan website – website daily discount saat ini sudah banyak yang tutup, yang tersisa hanya beberapa saja, itupun karena mendapatkan investor dari luar negeri, seperti Livingsocial dan disdus.
Tahun 2010 hingga saat ini, yang sedang booming adalah startup startup dengan produk – produk travelling dan ecommerce. Apakah peristiwa rontoknya puluhan website daily discount yang terjadi periode tahun2011 – 2012 adalah sebuah “Bubble Burst”? bisa ya, bisa juga tidak, sebelum menjawab hal tersebut, ada baik nyakita baca kembali “The Dot Com Bubble” di akhir tahun 1990an.
Di US tahun 1995 – 2000 ada banyak bermunculan startup .com bermunculan, dan sebagian melakukan IPO, namun karena over value, sehingga terjadilah keruntuhan harga saham startup – startup berbasis website.
Jika di tahun 1990an akhir hingga2000an awal, startup yang bubble adalah startup – startup berbasis website,maka di tahun 2010 hingga saat ini, potensi tersebut ada dan mungkin sedang terjadi di startup – startup berbasis aplikasi mobile, seperti yang tampak pada infografis di bawah :
Lalu, apakah startup Indonesia sedang atau memiliki potensi untuk mendapatkan “Bubble burst”?. Jika pertanyaannya, “memiliki potensi”, tentu saja, industri startup Indonesia memiliki untuk mendapatkan “Bubble Burst”, dan apakah saat ini sedang terjadi proses menuju “Bubbleburst”?
Penulis hanya akan menjawab “Apapun yang over supply dari market demand & over price dari actual value,pasti akan menyebabkan bubble burst..apapun jenis industrinya”
Link Sumber : facebook Muhammad Imran Hirawan